Jumat, 21 Desember 2012

KIMIA INDUSTRI

Industri otomotif terus berkembang. Penjualan mobil di Indonesia diperkirakan melebihi 450.000 unit per tahun, sedangkan motor mencapai 5 juta unit. Hal ini membuka celah bisnis yang berhubungan dengan otomotif. Salah satu diantaranya minyak pelumas produsen selalu berupa menggunakan tekhnologi terkini dalam proses pembutan minyak pelumas agar didapatkan produk berkualitas. Pemakaian tehnologi baru, masa pakai yang panjang dari minyak pelumas, bertambahnya efisiensi kerja mesin, mencapai efisiensi tertinggi badan pelumas dunia, sampai dengan ramah lingkungan menjadi propaganda para produsen. Sebanyak 650 juta liter pelumas pertahun diperlukan pasar. 
Beberapa tahun lalu pabrikan mobil hanya merekomendasi penggunaan pelumas hingga 2.500 kilometer. Namun saat ini mobil mobil generasi terbaru merekomendasi pemakaian pelumas hingga 15 ribu kilometer. Hal ini karena pelumas dibuat campuran base oil (bahan dasar pelumas) dan aditif. Base oil biasanya berasal dari minyak bumi (mineral oil), tapi ada juga yang berasal bukan dari minyak bumi. Pelumas demikian sering disebut pelumas sentetis. Pelumas sintesis dapat dibuat dari minyak bumi atau minyak nabati (vegertable oil). Konsumen sudah biasa memilih pelumas apakah oil sentesis, semi sintesis atau mineral.
Tantangan pelumas adalah mengalir dengan mudah pada waktu mesin start. Oil yang baik akan memberikan proteksi terhadap bagian-bagian yang bergerak, terutama pada temperatur operasi yang relatif tinggi. Ada empat macam kondisi yang harus dicermati dengan seksama, yaitu :  
 1. Warna pelumas
   Warna pelumas bermacam-macam tergantung dari mereknya ada yang berwarna merah,hijau tua, kuning atau ungu. Oli juga dibedakan atas kekentalannya. Dalam kemasan atau kaleng pelumas, biasanya ditemukan kode huruf dan angka yang menunjukkan kekentalannya. Contohnya SAE 40, SAE 90, SAE 10 W-50, SAE 5W-40, dan sebagainya. SAE merupakan kependekan Society of Automotive Engineers atau ikatan ahli tehnik tomotif. SAE mirip organisasi standarisasi seperti ISO, DIN, ZIS dan
 2.  Jumlah pelumas
    Saat pelumas diganti dengan yang baru, penunjukan pada oil dipstick harus berada pada tanda F (full) atau penuh. Kemudian secara rutin dilakukan pemeriksaan. Perhatikan tanda ketinggian posisi pelumas setiap kali tongkat pengukir dicabut. Kalau dalam satu bulan diperlukan penambahan oli yang agak banyak (topping-up), setengah liter atau lebih, mesin kendaraan patut dicurigai .Sebab penambahan pelumas dalam jumlah yang cukup besar menandakan ada sesuatu yang tidak beres di dalam mesin tersebut.
      3. Keausan pelumas
    Penyebab keausan sangat beragam, antara lain adanya    celah diantara komponen mesin yang bergesekan terlalu besar. Akibat dari keausan yang sudah berat seperti itu, pelumas mengalami penguapan. Penyebab lain misalnya kebocoran pada sejumlah komponen mesin,                  seperti saringan oli, seal yang sudah rapuh, atau gasket    yang sudah rusak.

4. Kekentalan oli
    Kualitas oli tak ada hubungannya dengan kekentalan oli. Sebenarnya masalah kekentalan ini hampir sama pada setiap pelumas. Kekentalan pelumas yang baik akan bertahan dalam jangka waktu pemakaian normal. Perhatikan jika ada campuran ”asing”. Artinya pelumas bercampur karena kepala silinder dan blok mesin mengalami kerusakan. Jika tercium bau bensin, meski kerusakan ini jarang terjadi, itu berarti ada kebocoran pada selinder atau pada injector bahan bakar. Semua mesin kendaraan membutuhkan pelumas yang berfungsi mendinginkan, mengurangi gesekan, serta melindungi mesin dari keausan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar